Rez

Off for a while!

100%

Put your email here if you want:

Comeback Later....
Copyright © Rez

Video Profile

Jadi ceritanya, 2 minggu yang lalu, kantor gue, BPKP, mengadakan lomba terkait ke-Humas-an antar seluruh perwakilan di 33 provinsi di Indonesia. Kategori yang dilombakan antara lain: foto terbaik, website perwakilan terbaik, majalah/buletin perwakilan terbaik, berita reportase pengawasan terbaik, dan video profile terbaik. Pengumuman disampaikan 13 November dengan batas akhir pengumpulan materi lomba 20 November. Soal foto, website, majalah, dan berita gak jadi masalah, karena emang sudah ada. Tinggal pilih aja mana yang terbaik buat dilombakan di pusat. Celakanya, kantor gue, Perwakilan Sumatera Barat, belum punya video profile. Alhasil, bos-bos gue kalang kabut cari orang yang bisa bikin video profile dalam 7 hari. Dua hari kemudian, hal ini lantas sampai ke telinga temen gue, Gani (@AkbarGani), yang kemudian ngajak gue buat ambil tantangan ini.

Gue (R), Gani (G)
G : "Bang, si Bos nyuruh bikin video profile buat lomba di pusat tuh, sekalian buat arsip perwakilan. Kita yang garap gimana?"
R : "Tapi gue belum pernah bikin video gituan, Gan. Skill Editing video gue juga cekak. Kalau editing video sederhana sih dulu udah pernah bikin. Sederhana banget."
G : "Sekarang gimana nih, ambil gak? Sekalian belajar. Kalau gak nggarap gak bakal belajar.."
R : "Iya juga sih. Boleh deh. Deadline-nya kapan?!"
G : "20 November harus udah dikirim ke pusat..."
R : "Ah, gila lu. 5 hari??!"
G : "Makanya gue ngajak lu. Kalau berdua bisa itu. Kita bikin yang beda. Gue yakin bisa dapet nominasi nih. Paling gak 3 besar lah. Soalnya gue yakin, di tempat lain, palingan orang tua yang bikin. Hasilnya pasti kayak video sunatan...."

Oke, singkat cerita, karena gue gak mau video profile kantor kayak video sunatan, gue terima ajakan Gani. Waktu itu udah Jum'at Sore. Kami belum mulai apapun, kami belum tahu konsepnya seperti apa, dan yang lebih parah, kami bahkan belum pernah sama sekali ngulik video pakai Adobe After Effects, satu-satunya software editing video yang kami punya, selain Windows Movie Maker yang cuma bisa gitu-gitu aja. Deadline hari Rabu, 5 Hari lagi.

Langkah awal, kami bikin action plan. Karena kami gak bisa minta tolong bantuan Jin kayak Bandung Bandawasa saat diminta Roro Jonggrang membangun Prambanan dalam semalam, satu-satunya hal realistis yang bisa kami lakukan untuk menyiasati mepetnya waktu adalah dengan mengorbankan malam-malam indah dengan kasur tersayang. Yep, a sequence of sleepless night begins....

Berbekal Camcoder kantor yang memang lumayan oke, mulailah Jum'at sore Gani ngambil beberapa scene. Pokoknya ambil dulu gambar kantor, dan scene orang lagi kerja, serta ngumpulin beberapa foto tambahan buat image slide show.

Jumat malam, Gani ngendon di kamar gue. Waktu datang, dia udah bawa beberapa contoh video profile hasil searching di YouTube. Gue juga punya beberapa. Kami saling memperlihatkan "barang" kami. Tapi memang, ide keluar gak segampang pup. Sudah jam 1 pagi, belum ada konsep matang yang disepakati. Gue udah teler, akhirnya setengah dua gue tumbang takhluk di pelukan guling. Gani sendiri masih lanjut, melajarin After Effects dengan sumber referensi modern, internet.

Singkat cerita, Hari Sabtu seharian gue mikirin konsep, Gani lanjut melajarin After Effects, untuk kemudian, setelah dia paham, dia ngajarin gue. Cara ini lebih efisien, daripada dua orang mempelajarin hal yang sama secara otodidak. Karena bener, secepet-cepetnya belajar otodidak, lebih cepet kalau ada yang ngajarin. Ya kan..?! Ibarat kalian belajar ilmu hukum, kan lebih cepet paham kalau ditemenin Sarah Shafitri, dibanding kalau ditemenin Farhat Abbas. (Eh, apa hubungannya ya??! Pokoknya Gitu dah...)


Kemudian hari Minggu, kami seharian di kantor sampai jam 11 malam. Ngambil gambar, ngerapiin di After Effects, sampai jadi beberapa footage (scene singkat yag udah matang yang nantinya akan dijadiin satu..), dan mematangkan konsep untuk diwujudkan dalam scene.. (tsaaahhh....)

Asal tahu aja, After Effects nih software yang beratnya minta ampun. Wajar sih, karena kemampuannya juga beragam. Gak kayak Windows Movie Maker yang gitu-gitu aja. Kalau komputer lu spek-nya abal-abal, siap-siap aja kopi satu renteng dan Snack 10 bungkus. Ilustrasi aja, pake laptop gue dengan processor dual core dan ram 2 gb, untuk render (proses export dari timeline sampai jadi video) sebuah scene berdurasi 15 detik aja butuh 10 menit. sekitar 1:40. Jadi kalau lu mau buat video berdurasi 5 menit, render-nya sekitar 2 jam. Kalau pake komputer kantor yang processor-nya i3, sedikit lebih cepat. Tapi ya itu, Komputer kantor yang segede gaban itu gak bisa dibawa pulang, jadi cuman dipakai nge-render kalau lagi di kantor. Konyolnya, dengan spek komputer di atas tadi, mustahil kita bisa ngelihat preview berikut suaranya dengan lancar. Jadi kesannya kayak beli kucing dalam karung aja. Kesalahan dalam editing baru kelihatan setelah kita nonton videonya. Perbaiki, render lagi, 2 jam lagi, ngopi lagi. Begitu seterusnya.

Dan begitulah. Hari-hari dengan sedikit tidur berlanjut. Dan ingat, proyek ini di luar kewajiban seorang auditor. Jadi tetep, di kantor saat weekdays, kami gak bisa ngelanjutin video, karena kami juga punya tugas rutin pengawasan yang harus dikerjakan. Sore sekitar jam 4-an, baru kami bisa mulai ngerjain video lagi. Ngambil gambar, ngerapiin sampai jadi footage, buat animasi, cari backsound yang pas, baru kemudian editing sound. Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya "Hopipola" Sigur Ros, "Dump Weed" Blink 182, dan "Take me Out" Franz Ferdinand terpilih jadi backsound. Jadilah, hari Senin dan Selasa itu, kami lembur di kantor sampai jam 11, untuk kemudian sampai rumah, bikin queue perintah render, jalankan, biarkan laptop bekerja, kami tidur.

Footage Lengkap

Setelah 4 malam kurang tidur, kantung mata udah kayak Pak SBY, akhirnya, Rabu pagi semua footage lengkap. Tinggal dijadiin satu di Timeline, trus di render secara keseluruhan. Jam 10 render mulai, estimasi jam 12 selesai. Sampai kemudian, ketika videonya jadi..... Gak ada suaranya.

Ya, Gani membuat kesalahan konyol. Dia lupa nyentang opsi "Enable Sound" waktu ngasih perintah render. Damn. Render ulang lagi. 2 jam lagi. Ngopi lagi. Sampai akhirnya, Rabu jam 6 sore, tanggal 19 November, videonya selesai. Pas deadline..!!


Daaaaannnnnnn, inilah hasilnya......


( Sorry kalau burem, koneksi Internet pas-pasan.. Terpaksa gue kompress dulu video-nya.. :D )
Link YouTube : http://youtu.be/f0HbtsqP3ns

Lumayan kan untuk seorang pemula, dengan tools seadanya, komputer/laptop dengan spek pas-pasan, dan waktu pengerjaan yang cuma 5 hari..??!
Info aja nih, setelahnya Gani nyari info, ternyata rata-rata untuk satu video profile, Production House masang tarif 20-50 jutaan. Uuwwoooww. Dan kami, melakukannya untuk kantor, gratissss.. seperti matahari di pagi hari...

Dan ketika tiba saat dipresentasikan sama si Bos sebelum dilombakan... Duarrrr... Kami dikritik sana-sini. Wajar dong ya, namanya pemula. Tapi kritik dari si Bos membangun kok. Malah, setelah itu, kami diajak ke TVRI Stasiun Sumatera Barat, untuk ketemu editor-nya. Ya, biar kata "cuma" TVRI, tapi kan tetep mereka itu profesional. Sayang gue gak bisa ikut karena harus ke Rumah Sakit Jiwa (bukan berobat.. tapi tugas pengawasan..). Dari cerita Gani, disana dia dapat beberapa masukan dari orang TVRI terkait video kami. Beberapa hal juga dikritik habis, seperti konsep yang (kata mereka) kurang jelas, pengambilan gambar yang goyang-goyang, dan beberapa hal minor lain. Tapi overall, kata si Bos dan orang TVRI itu, video hasil Gani sama gue, cukup baik untuk seorang pemula. Spot On.

Jadi gitu lah, sekelumit cerita di balik proyek pertama gue sama Gani bikin video profile. Gue dapat banyak pelajaran dari proyek ini. Terutamanya sih, soal pengambilan gambar dan editing video. Dan hasilnya juga cukup memuaskan, apalagi kalau ingat malam-malam tanpa tidur itu.. Puas..!!

By the way, soal hasil lombanya, video kami kalah. Masuk 3 besar pun nggak. Juara satunya dari Perwakilan Jawa Tengah. Teori Gani ternyata salah. Video Sunatan sekarang udah bagus-bagus....
Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment