Rez

Off for a while!

100%

Put your email here if you want:

Comeback Later....
Copyright © Rez

Pedoman Untuk Major Label Agar Sukses di Indonesia



Untuk meraih keuntungan yang besar, dulu pihak major label (perusahaan rekaman musik) berlomba-lomba membuat album yang bagus, dengan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit, agar album laku keras dan meraih kesuksesan di pasaran. Tapi itu dulu. Saat ini, dengan semakin maraknya pembajakan, terutama di Indonesia, membuat lama-kelamaan album fisik tidak lagi bisa diandalkan untuk meraup rupiah.

Album baru saja dirilis dan terjual beberapa ribu kopi, CD bajakannya sudah terjual puluhan bahkan ratusan ribu kopi di glodok dan mangga dua. Pahiiittt…Jendral..!!!  Bahkan yang lebih parah, terkadang album belum dirilis pun, beberapa lagunya sudah nongol di Internet dan telah diunduh puluhan bahkan ratusan ribu orang. Menyesakkan..!!

Murah - Meriah - MuntahMuntah

Untunglah produsen musik masih dapat mengambil keuntungan dengan cara lain yang benar-benar mantab. Tanpa basa-basi, langsung saja simak berikut ini :

1. Gak usah bikin album! Bikin single aja!


“Hah?? Kenapa kok bikin single, Pak Bos???”

Well, di sisi lain efek negatif era digital untuk karya musik berwujud fisik, munculah suatu “mainan” baru bagi para major label untuk mengeruk rupiah hanya dengan bermodalkan satu single. Mainan baru itu bernama RBT (Ring Back Tone).


Mantab kan? Tidak perlu repot-repot bikin satu album. Cukup bikin 1 single yang fenomenal dan populer, produsen bisa dengan mudah meraup rupiah! Dengan semakin lesunya penjualan album fisik, saat ini royalti dari RBT, terbukti lebih bisa diandalkan sebagai media penyedot rupiah ke rekening. Mau buktinya?

Menurut pemaparan yang kami temukan di sini, Telk**sel dengan biaya per download Rp9.000, sebesar Rp5.750 (63,8 persen) dananya ditarik untuk operator. Sisanya kemudian baru dibagi ke penerbit dan pencipta lagu Rp406 (4,51 persen), untuk label sebesar Rp2.438 (27,08 persen), dan artis kebagian Rp 406 (4,51 persen).

Sementara X* dengan biaya bulanan Rp 5.000, keuntungan untuk operator sebesar Rp4.000 (80 persen), kemudian Rp1.000 sisanya, dibagi penerbit dan pencipta Rp125 (1,25 persen), label sebesar Rp750 (15 persen), artis mendapatkan Rp125 (2,5 persen) dan Pencipta lagu mendapat Rp63 (1,25 persen).

Lalu M**ile-8 dengan biaya Rp 8.000, untuk operator Rp5.130 (64,13 persen), sisanya dibagi ke penerbit dan pencipta Rp359 (4,48 persen), label sebesar Rp2.153 (26,9 persen), artis mendapatkan Rp359 (4,48 persen), dan Pencipta lagu mendapat Rp179 (2,24 persen).

Kelakuaann.. si Kucing Garong... syalala..lalalala...

Mari kita lakukan perhitungan. Berdasarkan pemaparan di atas, kita anggap rata-rata label/perusahaan mendapatkan jatah Rp1.500/download. Dengan besarnya pangsa pasar bisnis RBT di Negara kita tercinta ini, anggap saja ada 300.000 pemakai RBT dalam sebulan untuk sebuah lagu yang diproduksi. Bayangkan hal ini terjadi selama setahun berturut-turut, artinya dana yang diraup label adalah sejumlah (1.500 x 300.000) x 12 bulan = 5,4 Milyar rupiah. Itu hanya untuk 1 lagu. Bayangkan apabila dalam kurun waktu tersebut suatu major label memproduksi 10 lagu secara bersamaan dengan artis yang berbeda, 54 Milyar Rupiah berhasil diraup.

Sekarang bandingkan apabila 10 lagu tersebut dirangkum untuk membuat sebuah album. Di tengah lesunya penjualan album fisik seperti sekarang, dalam tempo satu tahun, mungkin album tersebut hanya akan laku sejumlah.. yaah..katakan 500.000-750.000 kopi. Perkiraan itu kami simpulkan berdasarkan daftar penjualan album terlaris di Indonesia, dimana menurut data tersebut, sejak tahun 2004 tidak ada lagi album fisik yang terjual lebih dari 1 juta kopi di Indonesia. Menyedihkan, memang.

Semakin sepi dari hari ke hari..

Kemudian, Melalui hitungan matematis kasar berdasarkan pemaparan disini, anggaplah keuntungan bersih per kopi album untuk label sebesar Rp10.000, maka rupiah yang dihasilkan dalam kurun waktu setahun hanyalah sebesar 5 sampai 7,5 Milyar Rupiah. Kentut kuda..!! Selisih yang sangat besar..!! Yah,meskipun hitungan di atas hanya hitungan kasar berdasarkan perkiraan, setidaknya angka tersebut bisa dijadikan gambaran. Angka sebenarnya mungkin bisa lebih besar atau lebih kecil dari itu.

Oke, jadi bagi kalian para calon produser dan pengusaha musik, sudahkah kalian menangkap inti dari penjabaran di atas? Yup, jaman sekarang, kalau mau meraup untung banyak, tak perlu bikin album. Memproduksi album butuh dana besar, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama, tapi penjualannya lesu karena pembajakan.

Jauh lebih mudah membuat single, dengan biaya murah, dan meraup untung dari penjualan RBT-nya. Ingat, prinsip ekonomi, Mendapatkan hasil sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Kita sedang berbicara tentang keuntungan komersil disini. Persetan dengan kualitas dan idealisme. Dua hal yang sudah lama diabaikan dalam segala bidang di Indonesia oleh kebanyakan orang.

Dan dalam pembuatan single yang fenomenal, tentu saja yang berikut ini amat sangat penting….

2. Pemilihan Artis


Ini adalah langkah awal dan langkah yang paling krusial dalam proses produksi single. Ada banyak artis di luar sana. Salah memilih, maka jangan harap single anda akan laku keras. Sesuai prinsip ekonomi, pengorbanan yang sekecil-kecilnya, jangan pilih artis yang bayarannya mahal. Mengontrak Agnes Monica, dengan segudang prestasi dan bakatnya, serta fan base yang kuat, terdengar seperti ide yang bagus. Tapi ide bagus ini akan langsung menguap begitu anda tahu berapa jumlah uang yang harus anda keluarkan untuk membayar honornya.

Memilih artis haruslah yang “menjual”, dan artis yang “menjual” adalah artis yang sensasional. Untuk mudahnya, perbanyaklah mengamati infotainment. Catat siapa-siapa saja artis yang belakangan sering diberitakan di Infotainment, entah karena prahara percintaan, kasus kawin-cerai-kawin lagi-cerai lagi, perselingkuhan, membuat romansa kisah percintaan dengan pangeran negeri tetangga, dan konflik-konflik bombastis lain.

Eksis di Infotainment

Ketika seorang artis yang sedang tenar di infotainment membuat single, dijamin akan laku keras. Tidak percaya? Berikut ditampilan sepotong adegan percakapan ibu-ibu arisan di salah satu kompleks perumahan :

Ibu X: Eh, bu, tahu Julia Perez kan?
Ibu Y: Tau lah, bu. Suami saya suka nonton acara yang ada Jupe-nya. Gak tau kenapa, demen banget melototin Jupe. (halo..tante.. alasannya sudah jelas kali..) Eh, iya, dia kan habis putus sama Gaston Castano, ya??
Ibu Z: (tiba-tiba ikut nimbrung) Iya, bu. Katanya karena gak direstui sama Ibunya. Trus juga kabarnya Jupe dijodohkan sama seorang Ustad, loooooo…… (wow..tante, anda tahu semuanya yang terjadi diluar sana, eh?) Ngomong-ngomong, Gaston Castano itu kan orang asing kan ya, Bu? Ngapain gitu dia di Indonesia?
Ibu Y: Ahh.. payah Ibu ini, gitu aja gak tau. Gaston Castano itu kan atlet Panahan yang lagi dikontrak klub Indonesia. (ehh.. panahan..?!) Iya, tega banget ya ibunya. Kan kasihan Jupe…… (sempet aja mikirin orang.. kenal aja nggak.. -_-‘)
Ibu X: Iya tuh, bu. Nah, tau gak.. Jupe barusan buat lagu baru looo.. Judulnya apa gitu, pokoknya ada 69-nya. Entah apa 69 itu…
Ibu Y: Iya tah, bu..?? waahh, kebetulan masa aktif RBT saya udah habis nih. Ganti pake lagu baru-nya Jupe aja ahh….
Ibu Z: (gak mau kalah) ah, saya juga ahhh… buat HP saya yang satunya. HP saya ada tiga loohhh… semuanya Blackberry.. Keluaran terbaru.. Mahal lo, bu.. (kereen..!! punya 3 blackberry tapi satu-satunya fitur yang dipakai hanyalah BBM.. Mubazir tingkat kabupaten..!!)

Itu baru di satu komplek perumahan. Bayangkan ada berapa komplek perumahan di Indonesia. Belum lagi, percakapan di atas juga bisa terjadi di lokasi lain, semisal Terminal atau pasar. Bayangkan deretan rupiah yang mengalir ke rekening anda, apabila anda memilih artis sensasional semacam ini.

Selain memperhatikan tren di infotainment, ada juga metode lain yang bisa dipakai dalam memilih artis, meskipun cara ini hanya bisa dipakai kalau mencari artis wanita. Carilah artis wanita yang dikaruniai bakat menonjol. Bukan..bukan suara yang menonjol. Carilah tonjolan-tonjolan lain yang sekiranya menarik untuk di-“jual”. You know what i mean, right?  Agar lebih menarik, carilah artis yang berani “menonjolkan” tonjolan-tonjolan tadi secara terbuka. Sudah banyak contoh artis yang tenar karena kerap menonjolkan tonjolan-tonjolan di tubuhnya.

(Bukan)  Sebuah Contoh

Atau mau yang lebih ampuh? Gampang, kombinasikan saja keduanya. Artis menonjol yang suka menonjolkan diri serta gemar membuat sensasi dan eksis di infotainment. Double Kill..!! Combo..!! Fatality..!! Dijamin tokcer..!!

Double Kill..!!   Fatality..!!

Kalau anda memilih artis yang seperti ini, bukan hanya kaum ibu-ibu saja yang kecantol dengan artis anda. Om-om genit mata keranjang dan perjaka bujang lapuk dijamin juga akan langsung kesengsem.


3. Penciptaan Lagu


Apalah arti artis sensasional tanpa lagu yang sensasional. Sekali lagi, gunakan prinsip ekonomi. Tak perlu rasanya membeli lagu dari Ipank atau Melly Goeslaw. Harganya mahal. Carilah pencipta lagu yang mau dibayar murah.

Tak perlu pula rasanya membuat lagu dengan nada-nada rumit. Di luar negeri sana mungkin syarat ini mutlak agar bisa sukses di pasaran, tapi di Indonesia, hal semacam ini buang buang waktu saja. Dalam bisinis waktu adalah uang. Jadi buang waktu sama saja dengan buang buang uang. Cukup ciptakan lagu dengan nada-nada sederhana yang penting enak didengar, dan mungkin, sedikit heboh. Makin heboh makin baik. Hal ini mungkin akan menurunkan kualitas lagu, Tapi di Indonesia, siapa peduli? Selama lagu laris manis di pasaran, dan rupiah terus mengalir ke rekening, terserahlah apa kata orang. Anjing menggonggong, lempar batu juga diam..

Heboh dan Rame..

Kalau dirasa masih terlalu sulit dan mahal, oww, tenang mas bro..  Buka laptop, colokkan modem, browsing di youtube atau situs hosting mp3. Cari lagu-lagu luar yang sekiranya kurang terkenal di Indonesia, tapi enak didengar. Kalau sudah ketemu yang cocok, download, dan mintalah pada arranger anda untuk menggubahnya sedikit agar terlihat beda. Makin sedikit gubahannya, makin murah anda harus membayar arranger. Tergantung strategi anda. Disebut plagiat di kemudian hari..?? Siapa peduli..?!  Koruptor yang jelas jelas maling aja bebas berkeliaran di Indonesia. Apalagi cuma seorang plagiat. Anda sangat aman disini.

Tetap Melesat, walau dianggap Plagiat

Lalu bagaimana dengan liriknya? Menulis lirik yang kritis, tajam, dan bermakna mendalam bukan hanya membuang waktu, tenaga, dan biaya, tapi juga tidak ada artinya. Kebanyakan orang Indonesia tidak akan terlalu peduli dengan pesan yang terkandung di dalam lirik sebuah lagu. Yang penting enak didengar. Asyik dinyanyikan. Jadi, cukup buat lirik-lirik yang sederhana, dan sekali lagi, sedikit heboh mungkin baik.

Kalau mau yang lebih bombastis, walaupun mungkin kurang etis, sematkanlah beberapa kata yang mengandung unsur selangkangan di dalamnya, seperti 69, perselingkuhan terlarang, baru kenal ngajak tidur, dan semacamnya. Makin banyak unsur selangkangan, makin tidak etis, tapi justru makin bombastis dan dijamin makin laris. Kalau perlu, sekalian judulnya mengandung unsur selangkangan. Sekali lagi, kita sedang bicara tentang komersil, kesampingkan etika.

4. Pembuatan Video Klip


Artis sudah dikontrak, lagu sudah dibuat, rekaman sudah dilakukan. Sekarang tiba saatnya membuat video klip. Video klip merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pemasaran single. Kalau video klip-nya tidak menarik, jangan harap single anda akan meledak di pasaran.

Sekali lagi, selalu terapkan prinsip ekonomi. Tak perlu mengontrak Clip Director terkenal yang bayarannya mahal. Tak perlu repot membuat konsep yang mengandung makna dan pesan di dalamnya. Tak perlu pula repot membeli atau menyewa banyak properti mahal. Buang-buang waktu, tenaga, dan biaya, dan percayalah, video klip seperti itu kurang menarik untuk sebagian besar masyarakat Indonesia.

Kunci utama dalam membuat video klip yang “menjual” adalah pemilihan model video klip. Kalau artis anda (terutama wanita) penampilannya sudah cukup wah, heboh, dan sexy, tak perlu rasanya mencari model video klip lagi. Barulah kalau artis anda kurang atau tidak memenuhi kriteria di atas, carilah model video klip dengan kualifikasi seperti itu.

Dalam pemilihan siapa model video klip yang akan dikontrak, kriterianya hampir sama dengan pemilihan artis. Anda bisa memilih model-model menonjol, atau untuk efek pemberitaan yang bagus, anda bisa memilih artis yang sedang dibelit kontroversi kelas tinggi seperti skandal video panas. Dijamin ketika anda mengontraknya, infotainment akan memberitakannya. Kira-kira seperti ini beritanya “Luma Naya (bukan nama sebenarnya), artis yang tengah dilanda kasus video panas, tengah syuting video klip terbaru dari XXX record“. Dijamin masyarakat akan penasaran seperti apa hasil jadinya, dan akan menanti-nanti video klip anda dirilis.

Next, kelebihan apapun tidak akan mendapat apresiasi kalau kita tidak memperlihatkannya. Demikian juga dengan kelebihan yang dimiliki oleh artis/model video klip anda. Tunjukkanlah kelebihan mereka, yang biasanya terletak di sekitar dada dan selangkangan. Semakin kelihatan, akan semakin menarik minat masyarakat untuk menonton video klip anda. Tapi ingat untuk tidak terlalu terbuka mempertontonkannya, jangan lupa ada Lembaga Sensor dan ormas-ormas yang siap menjegal peredaran video klip anda. Pertotonkanlah suguhan menarik itu secara tersirat.

Video Klip Aura Kasih "Mari Bercinta" .  DICEKAL
Sayang sekali Aura, cara penyajianmu kurang "cerdik"

Model video klip yang cantik, bohay, sexy, dan heboh, serta dibarengi menampilkan adegan-adegan yang terbilang “panas”, maka dijamin masyarakat, terutama kaum om-om genit mata keranjang dan perjaka bujang lapuk, akan tertarik untuk menonton video klip anda.


5. Strategi Promosi dan Publikasi


Langkah selanjutnya adalah melakukan promosi. Kunci sukses dalam promosi adalah melakukannya di tempat (media) yang tepat, sasaran promosi yang tepat, dan dengan budget yang tepat.  Disini akan dibahas mengenai bagaimana dan dimana anda seharusnya beriklan.

Selama ini, banyak orang berpikir bahwa media cetak seperti koran dan majalah adalah media yang efektif dalam beriklan. Salah besar, komandan..!! Karena kebanyakan masyarakat Indonesia itu tidak gemar membaca. Jadi, memasang iklan di media cetak itu useless. Iklan anda hanya akan dilihat oleh sebagian kecil masyarakat yang masih gemar membaca. Atau paling banter, dibaca orang ketika tengah menyantap gorengan yang berbungkus koran bekas. Terdengar kurang keren, bukan??

“Lalu dimana sebaiknya beriklan?? Televisi?! Bukannya tarifnya mahal?”

Iklan di media televisi itu mahal, kalau anda tidak tahu bagaimana cara menyiasatinya. Jangan pasang iklan di jeda sinetron pada prime time. Apalagi di acara yang rating-nya tinggi, seperti tersaji di tabel ini, (source : RPTI) uang anda akan langsung terkuras.

Cacing Kremi...!! Mahal banget..!!

Jangan pula memasang iklan di tengah malam. Memang tarifnya lebih murah, tapi berapa banyak yang nonton? Iklan tengah malam paling banter ditonton para hansip yang lagi ngeronda. Setidaknya para hansip disini, karena Pos Kamling kami dilengkapi dengan LCD TV 24 inch. Ide yang sangat buruk, karena jumlah kami (para hansip), cuma secuil dari jumlah populasi penduduk Indonesia. Itu namanya pengorbanan kecil, hasilnya juga kecil. Tidak sesuai prinsip ekonomi.

“Pasang iklan di koran kurang bagus. Pasang di TV mahal. Lalu bagaimana dong?”

Siasati, dong. Kebanyakan masyarakat Indonesia itu senang mencampuri urusan orang. Itulah mengapa kebanyakan suka akan kontroversi. Dan kontroversi di dunia hiburan itu diliput oleh infotainment. Yup, lagi-lagi infotainment  disinggung disini. Tapi memang demikianlah kenyataannya di negara kita tercinta ini, bahwa infotainment seakan menjadi “kiblat” masyarakat dalam mengikuti perkembangan terbaru perihal dunia hiburan.

Untuk itu, bekerjasamalah dengan infotainment untuk meliput artis anda. Mengenai apa yang diliput itu tidak penting, bisa liputan kunjungan artis anda ke panti asuhan, liputan hubungan asmara artis anda, atau liputan kesibukan artis anda dalam membuat album baru. Mengenai apa saja berita-berita bombastis yang menjadi favorit masyarakat sudah disinggung di atas.

Very smart move by Mr.Anang Hermansyah.. Kami Saluttt...!!

Bayangkan, simbiosis mutualisme, win win solution. Infotainment dapat berita, anda dapat promosi gratis. Apalagi kalau artis anda adalah artis sensasional yang tengah jadi buah bibir di masyarakat dengan segala kontroversi dan praharanya. Tentu infotainment akan semakin tertarik untuk meliputnya. Smart Solution, eh??

6. Menggelar Promo Concert


Setelah melakukan promosi melalui berbagai media, langkah terakhir adalah menggelar promo concert. Saat ini, menggelar konser tunggal butuh biaya besar, pengorbanan tenaga dan waktu, dan tidak ada jaminan bisa balik modal. Jadi, mengapa membahayakan uang anda dengan menggelar konser tunggal semacam ini?

Bayangkan repotnya. Pertama-tama, Anda harus mencari dana sendiri. Kalau anda tidak mampu menutupi dana itu sendiri, tentu harus cari sponsor. Pergi kesana kemari membawa proposal terdengar sangat merepotkan dan tidak keren. Nantinya, Kalaupun dana sudah ada, anda harus mencari tempat untuk menggelar konser. Negosiasi dengan penguasa lahan untuk medapat harga yang murah. Itu berati sekaligus mengurus perizinan ke pihak yang berwenang, yang artinya akan menghadapi birokrasi, yang akrab dengan uang pelicin dan lobi yang harus lihai. Repot dan boros.

Setelah itu semua, anda masih harus mempromosikan konser itu, menjual tiket, menyewa panggung dan sound system, mencari crew dan menyiapkan bayarannya, setting venue dan panggung, dan tetek bengek persiapan lain sebelum pagelaran.

Selesai sampai disitu..?? Tidak.  Saat pelaksanaan pun, anda belum bisa bernafas lega. Anda harus meyewa aparat untuk mengamankan konser, dari kemungkinan terjadinya kericuhan. Selain itu juga harus standby mengawasi pintu masuk untuk meminimalisasi penyusup yang tidak membayar tiket. Sangat repot dan melelahkan.

Tetap Waspada..!! Atau konser garapan anda akan berakhir
di Berita

Anda berpikir setelah konser penderitaan sudah selesai? Belum. Anda masih harus bertanggung jawab dengan segala sampah dan kekacauan yang tertinggal di lokasi konser. Sekali lagi anda harus mencari orang dan menyiapkan bayarannya untuk membersihkan ini, kecuali anda mau melakukannya sendiri.

Sanggupkah anda? Jika anda memiliki pengalaman menggelar konser seperti Adrie Subono, tidak akan jadi masalah. Jika tidak, pikirkan sekali lagi. Mampukah anda? Pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit.

Berpengalaman di Bidangnya

Kalau tak mau repot, sebenarnya bisa saja menyerahkan semua urusan pada Event Organizer Profesional yang sekarang sudah banyak bertebaran. Tapi, di zaman modern sekarang, kemudahan itu mahal. Uang, uang dan uang lagi. Kalau kita kembali ke prinsip ekonomi, cara seperti ini tidak cocok untuk dilakukan.

Mau tahu cara yang lebih mudah dan praktis?

Cuma mangap-mangap,
Pantaskah disebut "Pertunjukan"..?!

Saat ini sudah banyak acara live lip-sync di hampir semua televisi swasta di Indonesia. Acara seperti ini memang tidak menawarkan honor yang tinggi kepada artis anda. Tapi efek promosi yang didapat sungguh ampuh. Rata-rata acara seperti ini memiliki rating yang tinggi. Artis anda memang hanya dibayar murah, dan cuma mangap-mangap di depan kamera dan penonton bayaran selama 5-10 menit, tapi jutaan masyarakat Indonesia menyaksikannya secara langsung dari layar kaca. Dijamin share market-nya sangat tinggi. Idealisme pertunjukan? Ah..sudah banyak yang mengabaikannya..

“Selain itu, Apa ada cara lain??”

Tentu ada. Seorang pemenang selalu menyiapkan alternatif rencana dalam menjalankan misinya. Jelilah memanfaatkan momen Pilkada atau Pemilu. Dalam momen seperti ini, partai politik selalu getol menggelar konser untuk mengumpulkan massa pendukungnya. Lagi-lagi prinsip simbiosis mutualisme, win win solution. Mereka yang menyiapkan segala sesuatunya, anda tinggal menyiapkan artis anda. Supaya menarik, tawarkan kepada Tim Sukses Parpol tarif honor di bawah harga rata-rata. Tidak menjadi masalah, komunikasikan hal ini baik-baik dengan artis anda, pasti mereka memahami, karena ini demi kebaikan bersama.

See what i mean?! Look at those crowd...!!!

Dengan menawarkan tarif di bawah harga rata-rata, tentu para Parpol itu akan melirik artis anda untuk menjadi bintang tamu di acara mereka. Makin banyak order manggung dari parpol makin baik. Jangan terlalu berpikir tentang honor besar disini, karena ingat, anda toh tidak perlu repot seperti kalau anda menggelar konser sendiri.

Bayangkan, kalau anda nekat menggelar konser sendiri, dalam sebulan paling banyak anda bisa menggelar 2-3 konser, yang itu belum tentu sukses dan ramai didatangi penonton. Tapi kalau anda jeli bekerja sama dengan parpol, dalam masa kampanye pemilu atau pilkada, mungkin anda bisa menerima order 5-10 kali manggung dalam sebulan. Luar biasa bukan?

Apalagi, konser kampanye parpol semacam ini bisa dipastikan akan dihadiri banyak massa, para simpatisan Parpol, baik yang mendukung secara murni atau karena “amplop”. Apalagi kalau order yang anda terima berasal dari Parpol besar yang punya basis pendukung kuat dari Sabang sampai Merauke. Yang lebih menarik, para simpatisan Parpol terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, dari tukang becak sampai insinyur, dari pelawak sampai pengusaha, dari kelas ekonomi bawah sampai atas. Bayangkan efek promosi yang tercipta dari sini. Anda tidak perlu repot menyiapkan konser, masih terima duit, dan lagu artis anda semakin banyak dikenal masyarakat luas. Imbasnya jelas, popularitas meningkat, penjulaan konten RBT melonjak tajam, rupiah terus mengalir deras ke rekening anda. Owyeaahh…!!

==_++_==

Demikianlah pedoman yang bisa Anda pakai dalam memproduksi musik yang murah, simpel, meledak di pasaran, dan pada akhirnya menghasilkan untung besar. Pengorbanan sekecil-kecilnya, untuk mendapatkan hasil sebesar-besarnya. Yah, tulisan ini memang sama sekali tidak membahas bagaimana cara memproduksi suatu karya yang bagus dan menawan, tapi who cares? Yang penting meledak, murah, untung banyak!

Akhir kata, Selamat berkarya..
Selamat mengesampingkan idealisme dan etika..
Selamat meraup rupiah..

Gue jengah dengan musik komersil yang kurang berkualitas.
Lalu, mengapa menulis artikel ini? Entahlah. Namanya juga meracau, suka-suka yang nulis lah..  :)

 ========================================================================
Tulisan ini juga dapat kalian temukan di :
Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment