Rez

Off for a while!

100%

Put your email here if you want:

Comeback Later....
Copyright © Rez

Sejarah Hari Valentine : Dark, Blood, and "Bestial"


So.. here’s comes February... Valentine’s Day getttoooooohhhh...

Bagi sebagian orang, Valentine’s day ini penting banget. Yoyoi, Hari spesial dimana (katanya) kalian bisa mengungkapkan rasa sayang kepada orang-orang tercinta, dengan (maybe) bunga, perhiasan, atau the classic one, a box of chocolate, or make some special moment together.

Is that true?! Kata siapa? Well, here’s i have some fact, about the origin of today’s Valentine’s Day... yep, the real story is not a romantic one. Not even close. Much more about dark, blood, and a little bit “bestial”.

Gue pertama kali tahu tentang the real history of Valentine’s Day ini waktu kuliah. Salah seorang dosen gue yang cerita. Dan Untuk mendukungnya, gue beberapa hari ini banyak membaca dari beberapa sumber di internet. Dan disinilah, gue mau share ke kalian ikhtisar-nya.

Mengapa gue pengen bikin tulisan ini? Bukan, Bukan gara-gara gue iri dan dengki karena saat ini gue single, dimana kecil kemungkinan bakalan ada yang ngasih gue coklat atau mobil remote control. BUKAAANNNN...!!!  Gak ada maksud apa-apa sih, ini lebih soal “keprihatinan” gue sama kawula muda jaman sekarang (kawula muda.. -_-‘ Jadul abisss....) yang isinya cuma ngekor doang, ikut-ikutan, padahal gak tau asal-usul, sejarah, dan alasannya.

Actually, gak bisa juga kita sebut “the real history”, karena selain versi yang diceritain sama dosen gue, ternyata dari banyak source lain ada beragam versi. Tapi dari berbagai versi yang ada, rata-rata memiliki benang merah yang sama.

Jadi... begini ceritanyaaaa....  (jrengg...jreng...jrengg.....)

Semuanya bermula dari sebuah tradisi kaum pagan bangsa Romawi kuno bertajuk “Lupercalia”, atau juga disebut  Februatio (Sekarang kita tahu darimana nama Bulan Februari berasal).
FYI, Paganisme adalah sebuah kepercayaan/praktik spiritual kuno penyembahan terhadap berhala, dimana pengikutnya disebut Pagan. Kaum Pagan percaya bahwa terdapat lebih dari satu dewa dan dewi, dan untuk menyembahnya mereka menyembah patung, atau benda-benda lain yang menjadi “perwujudan” dewa-dewi mereka. contoh Mesir Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno, dan lain-lain.
Lupercalia adalah sebuah tradisi tahunan yang diselerenggarakan setiap tanggal 13-15 Februari. Tradisi ini dilakukan untuk menghormati Juno Februata, the goddess of feverish love (febris). Apa yang dilakukan orang-orang pada “festival” itu? Menurut Om Noel Lenski, Profesor dari The University of Colorado, kira-kira begini :

(Err... sebelum gue cerita, tolong, jangan berpikiran jorok. Gue berusaha semaksimal mungkin untuk “menghaluskan” bahasanya. Karena di tulisan aslinya dalam Bahasa Inggris, kata-katanya vulgar banget..)

Lupercalia.. Pecut Cetarrrr...!!!

Dalam tradisi tersebut, para laki-laki akan menyembelih kambing atau anjing, lantas menggunakan kulitnya untuk mencambuki para gadis. Para gadis akan berbaris rapi dan menunggu giliran untuk dicambuk para laki-laki. Dan mereka melakukannya dalam keadaan mabuk dan telanjang bulat. Mereka percaya, hal ini akan membuat mereka subur.

Kebrutalan belum berhenti. Setelah itu, para laki-laki akan menarik undian untuk menentukan siapa gadis yang akan menjadi pasangannya malam itu. Kemudian, bersama pasangannya masing-masing, mereka akan berdansa, makan, minum, pesta, dan tentu saja ehem..ehemmm (gue gak perlu jelasin udah pada ngerti kaaan..?!), sampai festival berakhir (3 hari meen.. 3 hari...!!!), atau bahkan lebih, kalau ternyata mereka cocok dengan pasangannya. Untuk kemudian, di saat yang sama pada tahun mendatang, akan terjadi hal yang sama, dan dilakukan pengundian ulang.

Bisa kalian bayangkan kegilaan yang terjadi saat itu...?! Menurut gue lebih kayak acara sex party tahunan yang dilegalkan. Cewek-cewek berbaris telanjang, nunggu “dipecut..cetarrr...” oleh cowok-cowok yang juga telanjang bulat, sambil bawa-bawa kulit kambing?? Terus dilanjutin sama undian random buat menentukan pasangan yang akan menjadi partner “bersenang-senang” selama fetival.. 

Romantis?! Kalau kamu jawab Iya, kamu sudah gila. Dan kita ikut merayakan tradisi biadab ini..?!
Big No..!!

Ehem-ehem rame-rame..
This isn't right at all...!!!

Kemudian, ketika pengaruh Kristen dan Katolik mulai membesar di Roma, pihak gereja mulai melakukan usaha untuk “menghentikan” tradisi biadab ini. Sayangnya, usaha Gereja terus menemui jalan buntu. Kok bisa? Ya, kalian bayangin aja lah sendiri, dimana saat itu, orang-orang Romawi yang mayoritas belum mengenal agama, yang sebelumnya punya suatu tradisi sekali dalam setahun dimana mereka bebas ber-ehem-ria dengan siapapun (apalagi kalau undiannya pas dapet yang cakep.. Makin asooyyy...  :p hehehe.. becanda, sob..) selama 3 hari non-stop, terus suruh berhenti gitu?! Not an easy job, fellas.

Hal ini, lantas memaksa Gereja untuk mengambil jalan tengah, sebuah alternatif. Sebuah taktik untuk merangkul kaum pagan untuk meninggalkan tradisi biadab-nya tersebut, yang sekali lagi, ditujukan sebagai persembahan untuk Juno Februata, the goddess of feverish love (febris).

Jadilah, sebagai usaha untuk “perlahan-lahan” menyingkirkan tradisi kaum pagan ini, pada abad ke-5 Masehi, Pope Gelasius I menetapkan tanggal 14 Februari sebagai hari “kasih sayang” untuk mengenang Saint Valentine, yang kebetulan meninggal dunia pada tanggal 14 Februari pada Abad ke-3 Masehi.

Siapa St.Valentine itu?
Well, sekali lagi, banyak versi yang ada. Tapi versi yang paling umum adalah :

Dulu pada abad ke-3 Masehi, Roma dipimpin oleh Kaisar Claudius II. Pada masa itu, Roma banyak mendapat serangan dari mana-mana, yang artinya, mereka membutuhkan banyak prajurit tangguh untuk bisa menang perang. Entah dapat ide darimana, tiba-tiba Om Cludius II mengeluarkan larangan bagi para laki-laki untuk menikah.

Kalau ini orang ntar Nyapres, Please.. Jangan dipilih...!!

Logika Claudius saat itu kira-kira : Pria yang sudah menikah, pasti akan sangat berat untuk meninggalkan istri tercinta dan keluarganya. Kalaupun akhirnya dia berangkat perang, dia pasti takut mati, karena mengkhawatirkan nasib anak-istrinya andaikan dia wafat. Jadi pernikahan dan cinta itu membuat seorang laki-laki menjadi lebih emosional, menjadi lebih mellow, menjadi lebih cengeng. (sampai sini, logika dia masih masuk akal) Kesimpulannya, cinta itu membuat laki-laki menjadi lemah. Laki-laki lemah tidak mungkin bisa menjadi prajurit yang hebat. Tanpa prajurit hebat, Roma bakalan kalah perang. Dia gak mau itu. Jadi, untuk bisa menang perang, Roma butuh prajurit hebat. Prajurit hebat adalah laki-laki yang tangguh. Laki-laki yang tangguh adalah laki-laki yang gak cengeng dan berani mati, yaitu laki-laki yang gak punya tanggungan. (okee...gue yakin kalian mulai pusing bacanya...)

Jadi ya gitu deh, udah ngerti kan maksudnya. Intinya, Si Claudius ini kemudian mengambil kesimpulan, biar para pria-pria Roma ini berani mati dan bisa menjadi prajurit hebat, berarti mereka gak boleh punya tanggungan. Agar gak punya tanggungan, berarti mereka gak boleh menikah. (logika berpikir Claudius mulai ngaco.. mungkin dia kelamaan jomblo. dia gak mau jomblo sendirian, dan karena dia kaisar, makanya dia bikin aturan ini...) Jadi Intinya, dia gak ngebolehin pria-pria Roma menikah, karena takut mereka akan jadi lemah dan gak “Berani Mati”.

Pria-pria Roma yang udah terlanjur pesen gedung sama nyetak undangan kaget dong denger berita itu. Ya keuleusssss......pengen nikah aja gak boleh. Tiba-tiba gitu. Mereka jadi rugi 2 kali dong. Udah gak jadi nikah, duit udah kadung keluar. Mana yang punya gedung sengak lagi, ngotot gak mau balikin dp (down payment). Apes lah pokoknya. Kalau jaman sekarang ada larangan kayak gitu, udah di-demo kali. Tapi pada masa itu, gak ada seorang pun yang berani melawan kaisar. Pokoknya ngomongin kaisar dikit aja, langsung culik trus tewas daaahh...

Di tengah kegalauan muda-mudi Roma inilah, ada sosok St.Valentine. Uskup yang terkenal ramah ini, menyadari bahwa peraturan itu sama sekali tidak adil. Beliau gak tega melihat para pasangan muda kehilangan harapan untuk bersatu dalam pernikahan. Akhirnya, tanpa sepengetahuan kaisar, St.Valentine menikahkan banyak pasangan secara diam-diam.

Tindakan St.Valentine ini, lama-lama tercium juga oleh Kaisar, sampai akhirnya St.Valentine ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Selama di penjara, dikisahkan Valentine malah menjadi dekat dengan salah satu sipir bernama Asterius, yang memiliki seorang anak perempuan yang buta. Kemudian dikisahkan, Valentine berhasil membantu anak perempuan Asterius sembuh dari sakitnya, yang pada akhirnya membuat mereka berdua menjadi dekat.

Cerita ini terdengar juga oleh Kaisar Claudius II, yang terkesan dengan apa yang telah dilakukan St.Valentine selama di penjara: tetap membantu banyak orang. Meskipun begitu, Valentine tetap menolak untuk setuju dengan Kaisar soal larangan menikah. Hal ini lantas membuat sang kaisar murka, dan akhirnya mengeluarkan keputusan untuk menghukum mati St.Valentine.

Eksekusi Valentine

Begitulah, hingga kemudian diceritakan, bahwa sesaat sebelum eksekusi pada 14 Februari, Valentine sempat meminjam pena dan pulpen kepada sipir penjara, dan menuliskan sebuah pesan perpisahan yang ditujukan untuk anak Asterius. Di akhir pesan itu tertulis “From your Valentine..” (Dalam beberapa versi disebutkan juga, bahwa Valentine  jatuh cinta kepada anak Asterius. Tapi di versi lain menyatakan, mereka hanyalah berteman dekat. Gak tau deh yang mana yang bener..) Kalimat inilah, yang terus menjadi terkenal sampai saat ini.

Jadilah, begitu ceritanya mengenai St.Valentine. Latar belakang mengapa dia yang “dipilih” oleh Pope Gelasius I sebagai tokoh yang dikenang pada 14 Februari, semata-mata hanya untuk sedikit “menggeser” tradisi Lupercalia yang biadab itu, agar menjadi suatu momen yang tidak lagi penuh kebrutalan, bestial, bahkan lebih cenderung ke praktek sex party. Tapi menjadi suatu momen untuk mengenang seorang yang berani menentang kebijakan kaisar yang tidak adil, berani mengambil langkah nyata, walaupun akhirnya nyawa menjadi tebusannya.

Dan begitulah, perayaan Valentine’s Day terus berlangsung sampai hari ini, dengan cara yang bervariasi. Beberapa orang membelikan perhiasan, bunga, atau coklat utuk orang yang mereka sayangi; beberapa merayakannya dalam sebuah SAD (Single Awareness Day), makan malam sendirian lantas makan coklat yang dia beli sendiri (Beneran,ada yang kayak gini. ADA..!!); atau mungkin, di belahan bumi lain, masih ada yang merayakannya persis seperti cara orang-orang Romawi dulu, meskipun sekarang mungkin tanpa kulit kambing. (Jangan ditiru.. JANGAN!!!)


Bagaimana kita..?!

Well, terserah sih. Semua kembali ke pilihan masing-masing. Yang jelas, sejarah aslinya seperti itu. Bahwa asal-usul dari Valentine’s Day itu bukan soal mengenang Valentine dan jasa-jasanya, tapi lebih untuk “menjinakkan” tradisi Lupercalia, dimana pria dan wanita berkumpul dalam keadaan mabuk dan telanjang, saling mencambuk, lalu melakukan undian untuk menentukan pasangan yang akan menemani ehem-ehem sampai puas.

Logika aja deh. Yakin, kalian mau ikut merayakan tradisi biadab itu?!

Ya, dulu sih waktu gue masih pakai celana abu-abu, gue juga gak ketinggalan untuk ikut-ikutan. Ngasih coklat,bunga, atau boneka buat orang yang gue sayangi, trus lanjut romantic dinner. Tapi sekarang, setelah tau sejarahnya, kalau gue sih milih enggak.

Lagian, menurut gue, ngasih hadiah atau melakukan sesuatu yang spesial untuk orang yang kita sayangi, gak harus menunggu Bulan Februari kok. Gak harus nunggu Hari Valentine kok. Rugi banget malah, kalau harus nunggu setahun sekali untuk menyenangkan dia yang kamu sayang. Karena kita bisa melakukannya setiap hari, setiap saat...

Well, folks, the choice is yours....


Sumber :
Cerita Dosen gue, Obrolan Warung Kopi, National Geographics, npr.org, the telegraph, di sini, ini, dan beberapa literatur lainnya.
Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment