Rez

Off for a while!

100%

Put your email here if you want:

Comeback Later....
Copyright © Rez

Masalah, Solusi, dan Berbagi : Sebuah Catatan..


Another times passed by, another lesson i’ve learned..

3-4 bulan ini mungkin jadi masa-masa paling “sulit” hidup gue dalam 4 tahun terakhir. (jiahh..bahasa gue...) Alasannya?! Banyak sob. Yang utama sih soal kehidupan pribadi. Beberapa kali belakangan ini, gue banyak melakukan langkah yang salah. Terlalu emosional, terlalu kaku, terlalu sedih, dan terlalu yang lainnya, sampai bahkan dalam beberapa kesempatan, gue gak bisa jadi diri gue sendiri. Terjebak dalam situasi awkward, dimana gue bahkan gak bisa mengucapkan kata yang ada di pikiran gue, gak bisa bersikap apa adanya, karena satu dan lain hal. Suatu hal yang masih gue sesali sampai saat ini, karena gue belum punya kesempatan untuk memperbaikinya. I Hope someday i have..

Lu ngomongin apaan sih?! Gak ngerti...

Ya itu tadi sob. Kehidupan pribadi gue. Gue mungkin gak akan cerita disini detailnya, karena.. ya itu tadi.. sifatnya pribadi. Confidential. Bukan konsumsi publik. Hahaha.. Intinya sih pokoknya, gue banyak memilih langkah yang salah, yang mungkin hasilnya akan beda sekarang, kalau saat itu, i do the right things, and do things right. Yep, some say are better untold.

Gue biasanya “melarikan diri” dari masalah pribadi ke pekerjaan. Unfortunately, belakangan ini, terlalu banyak pekerjaan yang dipercayain ke gue. Jadi bukannya melarikan diri dari masalah, pekerjaan gue justru malah menambah parah keadaan. Bener deh,sob. Dipercaya itu membanggakan. Tapi kalo lantas karena dianggap bagus dan akhirnya terlalu banyak pekerjaan yang dibebankan ke kita, kita juga bisa habis, both physically and mentally. Overload. Lelah. Dalam 3 bulan ini, mungkin bisa diitung pake tangan, berapa kali gue pulang tenggo dari kantor. Deadline, tuntutan kualitas, dan kuantitas dari pekerjaan itu sendiri, serta tanggung jawab moril untuk menyelesaikannya dengan baik, karena menyangkut nasib orang banyak.

Keadaan semakin parah, ketika semua, ya SEMUA, usaha dan investasi gue punya masalahnya sendiri-sendiri. Ada konsumen yang nunggak pembayaran lah, bussines plan yang gulung tikar, rekanan produsen yang bermasalah, ditambah “dikejar-kejar” para investor yang menuntut bagi hasil. Kesimpulannya satu, I’m almost run out of money. Semuanya “ketahan” di usaha dan investasi tadi. Gue sampai harus menyambangi pegadaian untuk “mengatasi masalah tanpa masalah”.

Dan dalam situasi yang serba rumit itu, beberapa kali gue gak tahu harus gimana. Gak ada orang yang bisa diajak cerita untuk sekedar melepaskan penat atau dimintai saran. Temen-temen gue disini juga pada lagi sibuk dengan kerjaannya masing-masing. Gue gak mau keluh kesah sama nyokap. Tiap beliau telpon, gue selalu jawab “Semuanya baik-baik saja”. Pikiran nyokap udah banyak terkuras buat mengkhawatirkan 2 anaknya yang sama-sama merantau. Gue gak mau menambahnya dengan cerita soal masalah-masalah gue. Karena, kalau kita cerita sesuatu yang rumit ke orangtua tentang kita, lantas kita bilang “Gak usah dipikirin, Mam. I can handle this..”, gak mungkin banget kalau mereka gak ikut mikir.

Pokoknya, gara-gara rentetan kejadian belakangan ini, gue sempet down total. Semangat gue habis, bahkan buat main-main aja gak selera. Hal-hal yang dulunya menyenangkan, gak lagi menarik. Hambar. Gue pernah terjebak dalam situasi ini. Sekali. Dulu, waktu awal-awal gue di Jakarta. Tapi yang sekarang lebih rumit, karena saat ini, gue berdiri murni di atas kaki gue sendiri. Gak kayak beberapa tahun lalu, dimana gue bisa dengan gampang nodong ke bokap atau nyokap ketika something going wrong. Lagian, kalau dulu masalahnya cuma satu, soal kehidupan pribadi. Gak ada yang lain. Paling ketambahan masalah cuma soal “sulitnya” kehidupan mahasiswa kos.

Hari-hari berlalu lambat. Produktifitas kerja gue menurun drastis. Atasan dan senior-senior gue mulai pada “komplain”, meskipun secara tidak langsung. Gue jadi sering hang. Gak fokus. Melakukan banyak kesalahan dalam kerjaan. Lupa naruh barang dimana. Bahkan, ngerasa Insecure. Yap, I’m totally screwed up. Keadaan makin parah, karena secara mental, gue udah mulai jenuh dengan rutinitas ini. Gue udah mulai jenuh tinggal di Padang. Gue mulai benci dengan jarak ini. Jarak yang membuat gue gak bisa dekat dengan orang-orang yang gue sayang.


Ketika semua masalah menghajar, hanya satu tempat pelarian paling ampuh dan nyaman. Yang Maha Kuasa. Dia yang selalu ada. Barulah kemudian dalam beberapa saat, gue seperti dapat kekuatan lagi. Seperti ada yang “berpesan” ke gue, “Lu gak bisa kayak gini terus..!!” Dan begitulah, sekitar 2 minggu yang lalu, gue bertekad untuk “bangkit” lagi. Bangkit yang sebenar-benarnya. Bukan tampak baik di luar, tapi hancur lebur di dalam, seperti 3-4 bulan belakangan ini.

Gue mulai dengan banyak cerita ke temen-temen (btw, Mereka udah pada gak sibuk :p). Gue dapat banyak advice, soal gimana meng-handle masalah-masalah pribadi gue. Kemudian gue kontak semua partner usaha gue, kami bicarakan masalahnya, dan memikirkan solusinya bersama-sama. Belum pada selesai sih masalah-masalah usaha ini, tapi udah mulai ada titik terang sekarang. Lantas, pekerjaan-pekerjaan yang menumpuk gue selesain satu persatu. Pelan-pelan. Campur lembur biar cepet beres. Syukurlah, temen-temen kantor yang seumuran semuanya support dan kompak. Jadi bisa diselesaikan sama-sama. Dan yah, sekarang badai kerjaan itu sudah mulai mereda, dan kembali ke trek normalnya.

Dan akhirnya, setelah melalui proses “Filterisasi”, gue cerita ke nyokap. Hanya beberapa, gak semuanya. Beberapa gue skip, biar nyokap gak terlalu kepikiran. Dan emang bener kan, nasehat, solusi, dan dukungan dari orangtua (terutama nyokap) selalu ampuh. I’m back on the game..!!

Dan akhirnya sampai ke titik tersulit (buat gue). Menghilangkan semua pikiran buruk, pesimis, dan “galau”. Gue mulai dengan membuang semua kalimat “andai saja..” di otak gue. Andai saja waktu itu gue bisa jadi diri sendiri. Andai saja waktu itu gue gak kesitu. Andai saja waktu itu gue gak terlalu emosional. Andai saja gue di Jakarta atau Semarang. Andai saja gue punya ini. Andai saja gue punya itu. Buang semua. Rasa sesal tidak akan pernah bisa mengubah masa lalu. Mending mikirin, apa yang akan kita perbuat ke depan, untuk bisa “memperbaiki” kesalahan-kesalahan di masa lalu itu.


Kemudian, buang semua rasa kecewa dan rasa “gak puas” akan hidup. Caranya?! Jangan pikirkan apa yang kita gak punya. Jangan pikirkan apa yang kita gak bisa. Tapi pikirkan apa yang kita punya, apa yang kita bisa, yang orang lain tidak. That’s good for mental health.

Film “The Shawshank Redemption” (Film lawas tahun 1994-kalo gak salah) adalah “perspektif” yang baik untuk memulai “think and do positive”. Kalau belum nonton (kamu harus nonton setelah ini. Film ini inspiratif banget), intinya, film itu bercerita tentang seseorang yang dipenjarakan untuk kejahatan yang menurutnya tidak pernah dilakukannya. Apa yang dilakukan orang di penjara dalam situasi seperti ini? Marah, galau, merutuki nasib, berkeluh kesah, mengumpat keadaan, mencemooh ketidakadilan. Tapi tidak, dalam film ini, si narapidana malah berusaha memanfaatkan waktunya di penjara dengan sebaik-baiknya. Berkarya, bahkan membantu narapidana lain untuk bisa memiliki kehidupan yang lebih baik.

See the point here?! Yup, seberapa burukpun kondisimu, seberapa “gak nyaman” pun tempat dimana kamu berada sekarang, seberapa “tidak adilnya” hidup (menurutmu) buat kamu, tetaplah seperti biasa. Tetaplah berbuat yang terbaik, dimanapun kamu berada. Karena dengan hanya marah-marah, berkeluh kesah, dan merutuki nasib, hilanglah kesempatan dan waktu yang berharga untuk melakukan hal yang bermanfaat, untuk dirimu sendiri dan orang banyak. Karena bagaimanapun, kita hanya bisa “melawan” apa yang ada di depan kita. Kita hanya bisa hidup di “dimana-kita-sekarang” saat ini. So face it, and dealt with it. Percayalah, Yang Maha Kuasa itu tahu yang terbaik buat kita. Percayalah, kalau sesuatu itu emang buat kita, cepat atau lambat, akan ada jalannya. Akan ada petunjuknya. Akan ada tandanya.

Apakah kita sepayah ini??!

Gue pernah baca sebuah quote, “Stop Caring, Stop Hurting”. Ada benernya juga sih. Tapi, apa iya kita se-”payah” itu. Gak. Gue jadi inget quote yang pernah ditulis temen gue di Private Message BBM-nya. Yang sempet juga jadi preambule tulisan gue sebelumnya,
“Jangan kuatir saat tidak ada yang memperdulikanmu, tapi kuatirlah saat kau mulai tidak peduli..”
Spot on, mate. Are we, you and i, that good? Tetep peduli dan berbuat untuk orang, tanpa pernah berharap balasannya?! Atau ekstrimnya, malah kecewa dan “sakit hati” karenanya?

Gue lantas mulai mencoba untuk berbuat lebih banyak pada proyek-proyek sosial yang selama ini gue terlibat, yang belakangan ini seolah “terlupakan”, karena gue terlalu banyak berkutat dengan masalah-masalah tadi. Seorang temen gue pernah bilang, terkadang, ada baiknya kita menceritakan tentang kebaikan-kebaikan yang kita lakukan. Bukan untuk bermaksud riya’/pamer/show-off, tapi lebih untuk sharing pengalaman, dengan harapan bisa menginspirasi orang lain, untuk dapat berbuat hal serupa, agar lebih banyak hal baik yang dilakukan, agar lebih banyak orang yang bisa dibantu, dan juga untuk memberi kabar kepada semua, bahwa banyak orang yang lebih tidak beruntung. All..for the greater good.

Weekend kemarin gue menyempatkan diri untuk melihat lebih dekat Sekolah Gratis “Isafat” (Ikatan Santunan Anak Yatim Fakir Miskin dan Anak Terlantar), sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang sosial dan pengelolaan pendidikan khusus bagi anak-anak kaum dhuafa di Kota Padang dan sekitarnya. Sudah setahun belakangan ini, gue jadi salah satu donatur untuk proyek sosial ini, tapi karena pekerjaan (termasuk masalah-masalah gue), gue gak pernah sempat untuk ikut aktif dalam pelaksanaannya. Karena itulah, gue punya keinginan untuk mulai ikut terlibat lebih banyak. Awalnya, gue berencana untuk menyambangi alamatnya, tapi karena satu dan lain hal, gue gak sempet kesana karena letaknya cukup jauh dari tempat tinggal gue. Akhirnya, gue cari info via sekretariatnya di Daerah Gajahmada, Padang, yang cuma berjarak 15 menit perjalanan. Yep, banyak cerita dan pelajaran menarik yang gue dapat dari hasil penelusuran gue kali ini. Cerita tentang anak-anak yang kurang beruntung itu.

Kita kan gak bisa milih kita dilahirkan sebagai siapa, dimana, dan bagaimana. Mendengar kisah-kisah perjuangan anak-anak dhuafa dan yatim piatu itu dalam menuntut ilmu, sesuatu yang buat kita-kita ini (mungkin) bukanlah sebuah kemewahan, makin menambah semangat gue. Semangat, untuk berbuat sesuatu untuk mereka yang kurang beruntung. Ya, kalaupun ternyata gue juga belum bisa aktif dalam kegiatan-kegiatannya, paling gak, via sedikit rupiah yang disisihkan untuk mereka.

Ya, sekali lagi, ini adalah terapi yang bagus untuk mental health. Ketika kita terpuruk, merasa punya segudang masalah, di luar sana, masih banyak orang-orang yang kurang beruntung. Saat dimana kita terus berkeluh kesah tentang semua tugas kuliah, tentang semua paper dan ujian yang harus dijalani, tentang semua pekerjaan yang kuantitasnya membludak, tentang penempatan yang kita tidak nyaman berada, di luar sana, masih banyak orang yang rela melakukan apapun untuk bisa berada pada posisi kita sekarang. Ya, orang-orang ini, mungkin gak pernah ambil pusing dengan drama percintaan, sama tim idola yang lagi terpuruk, atau nafsu untuk selalu membeli gadget terbaru. Ya, karena buat mereka, bisa makan sehari 3 kali, bisa menuntut ilmu seperti orang lain, bisa bermain dengan teman sebaya melalui permainan sederhana, sudah merupakan sebuah kemewahan. We should be ashamed of ourselves.

I have another story to share. Semarang Berbagi. Sebuah proyek sosial yang peduli akan keadaan sekitar yang memerlukan bantuan. Udah banyak pihak yang terbantu dengan proyek sosial ini. Lengkapnya, kalian bisa lihat disini http://smgberbagi.blogdetik.com/. Blog-nya gak pernah diupdate sih. Hehe. Kalau kalian tertarik, pengen ikutan proyek sosial ini, atau sekedar pengen tahu kegiatan-kegiatan terbaru, cek aja di Facebook Page SMGBerbagi. Meskipun sih, belakangan ini, kegiatan yang dilakukan gak terlalu banyak, karena penggiatnya mencar kemana-mana dan punya kesibukan masing-masing. So, every little help from you, will be a huge boost untuk komunitas ini tetap berbuat dan berbagi.

Kemudian, gue dan beberapa temen juga punya proyek sosial memperkerjakan beberapa orang yang kurang beruntung di daerah Boja, Semarang. Idenya sederhana, mendayagunakan mereka untuk bisa memiliki ketrampilan dan bisa bekerja secara mandiri. Ya, bukan sekedar memberi “ikan” yang akan habis dimakan sehari, tapi memberi “pancing” yang bisa mereka gunakan untuk mencari ikan di lain hari. Mereka ini dipekerjakan untuk menggarap jahitan dan sablon. Belakangan ini udah jarang sih, karena orderan sepi. Tapi paling gak, sekarang ini mereka sudah punya ketrampilan, sehingga, meskipun bukan dari kami, mereka bisa melakukan pekerjaan serupa untuk pihak lain.

 
Jadi gitu deh apa yang akan gue lakukan. Daripada gue marah-marah gak jelas, berkeluh kesah, merutuki nasib, dan galau gak tentu arah, mendingan gue tetap melakukan hal yang terbaik dalam hidup gue, semampu gue. Kembali bekerja dengan baik, kembali menulis, dan kembali concern ke proyek-proyek sosial yang selama ini sempat gue “lupakan”.

Karena bener deh, dari pengalaman gue, seneng sendiri itu asyiknya kurang. Bahagia itu jauh lebih tasty, ketika kita bisa ikut berbuat untuk orang lain. Dan bener loh, sedekah itu gak bakal bikin kita miskin. Sebaliknya, seperti Hadist Rasul,
“Nafkahkanlah hartamu, niscaya akan diberi gantinya” (HR.Bukhari dan Muslim).
Dan ingat ya, sedekah itu gak hanya yang untuk fakir miskin dan dhuafa.
“Ada empat dinar; Satu dinar engkau berikan kepada orang miskin, satu dinar engkau berikan untuk memerdekakan budak, satu dinar engkau infakkan fi sabilillah, satu dinar engkau belanjakan untuk keluargamu. Dinar yang paling utama adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargamu." (HR. Muslim).
Spot on, mate. Bahkan memberi nafkah untuk keluarga itu sedekah. Tunggu apa lagi, banyakin itu sedekah. Nanti akan diganti lebih. Gak percaya?! Gue udah membuktikannya, beberapa kali. Eh, sorry, bukan beberapa kali, tapi selalu.

Kadang gue dulu sempet berpikir, gue ini kan pegawai. Orang yang dipekerjakan dan memperoleh bayaran yang udah ditetukan setiap bulannya. Jadi, darimana nanti gue dapat penggantinya?. Yep, keraguan itu sekarang udah gak ada lagi. Bener, rejeki itu datangnya dari arah yang tidak diduga-duga. Tanpa pernah gue sangka, kemudian banyak temen dan kenalan gue ngajakin bisnis, yang kemudian membuahkan hasil yang gak sedikit. Trus, waktu gue lagi ada di posisi sulit (secara keuangan), selalu ada ajaaa yang bantu, tanpa diminta. Dan tahu gak sih, rejeki itu gak harus selalu dalam bentuk uang loh. Tapi juga natura, kemudahan-kemudahan dalam hidup, bantuan-bantuan yang tidak diduga, dan bahkan teman-teman yang baik, adalah rejeki.

Gak percaya?! Coba sendiri deh. Ya kalau emang lagi banyak, jangan seribu dua ribu dong. Hehehe. Percaya deh, akan diganti. Hidup kamu juga bakal jadi enteng, mudah, ringan. Ya, masalah sih pasti ada aja. Namanya juga hidup, kalo lempeng-lempeng aja mana asyik. Tapi ya itu, ketika kita yakin, pasti solusi dan pemecahan semua masalah akan ditunjukkan. Bakalan dikasih jalan. Percaya deh.



Wow. Panjang juga gue nulis. Emang ya, orang kalau lagi curhat suka gak ada batasnya. Hahahaha.  Ya, kesimpulannya kira-kira gitu deh. Gue cuma pengen share gimana gue kemarin sempet down total, dan gimana cara gue bisa kembali bangkit, dan kembali berbuat, untuk diri sendiri dan orang banyak. Karena yaah, entah kamu setuju atau gak, manusia yang paling baik itu, adalah manusia yang bisa bermanfaat untuk orang banyak. Sebanyak yang kita mampu, dengan cara yang kita bisa. Gak perlu takut kalau gak ada yang peduli denganmu dan apa yang kamu lakukan. Karena kamu masih punya sahabat, keluarga, dan diatas itu semua, Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Semoga tulisan gue ini (yang lebih bisa dibilang curhat) ada manfaatnya buat kalian, mana tau ada dari kalian yang juga lagi punya banyak masalah, dan belum bisa mengatasinya. C’mon bro and sist, wake up, dealt with it, and hit back. Bahagia itu.. sederhana kok. :)

Eh, trus soal masalah pribadi tadi, gimana tuh?! Belum ada penyelesaiannya kayaknya..

Yaelah. Dibilang gue gak bakal cerita disini. Confidential.
Udah, daripada kebanyakan nanya, mending cari, trus tonton itu “The Shawshank Redemption”.
Atau kalau lagi pengen yang lucu, “Comic8” juga boleh. Gue udah nonton trailer-nya. Kocak abis. Ahhh..sayang gak ada bioskop 21 di Padang. Pengen banget nonton padahal. Payah.

lahh.. malah ngeluh lagi.....  -_-‘

Hahahahaha....  :D
Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment