Rez

Off for a while!

100%

Put your email here if you want:

Comeback Later....
Copyright © Rez

Dimanakah Rumah..?!


Oke, kalau melihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia, rumah didefinisikan sebagai bangunan untuk tempat tinggal. Tapi buat gue, definisi rumah jauh lebih kompleks daripada sekedar bangunan tempat tinggal. Yang gue maksud disini bukanlah rumah dalam artian “House”. Tapi rumah dalam artian “Home”. Gue lebih suka mengartikan rumah dalam artian “Home”, dimana menurut gue, dapat didefinisikan sebagai tempat dimana kita tinggal bersama orang-orang yang paling kita sayangi di dunia ini. Definisi yang lebih asyik. Karena seharusnya demikianlah rumah. Tempat ternyaman untuk kita tinggal.

Gue jadi teringat 5 tahun lalu, tahun 2007, ketika pertama kali meninggalkan “Home” untuk melanjutkan studi. Momen yang berat buat gue waktu itu. Di tengah kenyamanan yang sudah gue punya, well, I have a very great family, a bunch of  great fellas, and one beloved girlfriend. Sangat ideal. But yes, i’m still decided to move out.

Menyusul kemudian rentetan pengalaman yang belum pernah gue alami sebelumnya. Hidup mandiri, menjalani LDR yang akhirnya kandas, beradaptasi dengan lingkungan yang benar-benar baru, berinteraksi dengan orang-orang baru, dan banyak lagi. Berat ketika pertama kali menjalaninya, Homesick pastinya, tapi gue mencoba untuk bertahan dengan keadaan. But yes, time is a good teacher. Lama-lama gue jadi terbiasa.

Sejak saat itu, gue telah berpindah “House” 4 kali. Di Jurangmangu, Bintaro, gue pindah 2 kali dalam kurun 3 tahun, kemudian sekali pindah ke Matraman, Jakarta Timur, selama hampir setahun, dan terakhir, karena tuntutan pekerjaan, pindah ke tempat dimana sekarang gue berada, Padang.  Tapi buat gue, “Home” gak pernah pindah. Tempat gue lahir dan tumbuh besar. Semarang.



Gue sadari, mungkin gue gak akan bisa menjadi seperti sekarang, menjadi orang yang lebih mandiri, menjadi orang yang lebih kreatif, menjadi orang yang lebih ulet, menjadi orang yang lebih “tahan banting”, kalau gue gak pernah memutuskan untuk “pindah”. Tinggal di banyak “house” membuat gue mempelajari banyak hal, bertemu dan mengenal banyak orang-orang baru, punya banyak teman dan sahabat di berbagai tempat, menjalani banyak pengalaman baru, melihat banyak hal di dunia. Hal-hal yang mungkin gak akan gue alami kalau waktu itu gue takut untuk meninggalkan semua kenyamanan yang gue punya. Kenyamanan memang membuat orang terlena, membunuh karakter pelan-pelan. Sayangnya, terlalu banyak orang yang terjebak dengan zona nyaman. I just don’t want to be one of them. Honestly. 

Dan pekerjaan gue sekarang, mengharuskan gue untuk sering “pindah”, berpergian dan tinggal di banyak tempat, meski terkadang hanya dalam waktu yang singkat. Dan percayalah, terlalu banyak berpindah dan tinggal di berbagai tempat terkadang membuat memori kita kacau. Seringkali ketika bangun di pagi hari, sesaat gue gak sadar, sedang berada dimana. Konyol. Gue terlalu sering kecewa mendapati kenyataan bahwa ketika sadar, gue sedang berada di tempat yang tidak terlalu gue inginkan. Honestly.

Sebagian orang mungkin merasa nyaman dengan kepindahan, but perhaps, sebagian yang lain tidak. Gue?? Bukan keduanya. Mungkin di tengah-tengah. Alhamdulillah pengalaman mengajarkan gue menjadi orang yang mudah menyesuaikan diri, membuat gue selalu bisa membuat diri gue nyaman dengan lingkungan baru. But sometimes, ada keadaan dimana gue kadang merasa lelah, ingin pulang.

Ya.. terkadang gue merindukan saat-saat itu. Dimana ketika gue membuka mata, gue berada di kamar gue, mengangkat badan, dan ketika membuka pintu, nyokap menyambut dengan senyum tulusnya, sudah menghidangkan sarapan dan semua kasih sayangnya. Gue kangen berantem dengan kakak gue karena hal-hal sepele, dan setelah itu langsung melupakannya seolah tidak terjadi apa-apa. Gue kangen bertemu dengan sahabat dan teman yang sudah gue kenal dekat sejak lama. Membagi cerita, berbagi derita dan suka. Ahh.. hidup sangat indah dan simpel saat itu.



Sebuah lagu dari Yellowcard, “Back Home”, dulu terkadang mengusik gue. Lagu yang bercerita tentang seseorang yang tidak tahu lagi alasan mengapa dia pulang, karena seseorang/orang-orang yang dulu sangat mengharapkannya pulang, kini sudah tidak lagi mencintainya. Ritual pulang yang sangat diinginkan, kini menjadi sesuatu yang hambar.  Dulu, terkadang gue takut akan seperti itu suatu hari nanti. Alhamdulillah tidak. Sampai detik ini, gue selalu punya alasan untuk pulang. Gue selalu sangat bersemangat untuk pulang. Meski harga tiket pesawat Padang-Jakarta-Semarang pp setara dengan harga sebuah ponsel android, gue gak peduli. Karena gue yakin, mereka akan selalu menyambut gue dengan hangat. Mereka juga merindukan gue seperti gue merindukan mereka. Mereka menyayangi gue seperti gue menyayangi mereka. Mereka..Keluarga dan sahabat-sahabat gue.

Yaahh.. bukan gue gak bahagia disini.. atau dulu waktu di Jakarta.. atau dimanapun gue berada. Gue bahagia. Sangat bahagia. Tapi setelah semua yang gue alami, terkadang gue berpikir, mungkin gue akan jauh lebih bahagia kalau ada di rumah. Tempat dimana semua begitu indah. Bukan rumah yang gue tinggali sekarang. Tapi rumah yang gue tinggali bersama orang-orang yang gue sayangi. Rumah yang gue sangat nyaman berada di dalamnya.

I hope someday I will.. Sooner than later..

Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment